
Malam ini, Sabtu malam pukul tujuh, aku akan dijemput Bastian untuk nonton film Tooth Fairy dan dilanjut makan burger. Tidak biasanya Bastian menelpon untuk mengajakku pergi bareng. Biasanya, sepulang sekolah, langsung saja mengajak, dan karena rumah kami berjauhan, kami janjian ketemu di mall. Baru deh, pulangnya dia mengantar pulang. Tapi hari Jumat sore kemarin, Bastian menelpon, dan langsung mengajakku keluar Sabtu ini.
“Lah, kenapa nggak bilang tadi pas pulang sekolah?” tanyaku heran. “Ide lo barusan?”
“Nggak. Gue pengin beda aja, seperti perasaan yang gue rasakan sama lo.”
“Yeee. Apaan sih lo! Garing ah!” jawabku sambil tertawa. Geli banget dengar dia ngomong begitu.
“Oke, gue jemput lo, sampai ketemu besok ya.“
Lalu klik, dia menutup telepon. Aku terdiam, bingung. Biasanya dia akan membalas ledekan yang aku lontarkan dan kami akan tertawa bareng sampai sakit perut. Kenapa dia jadi serius begini ya?
Kak Andrie yang aku curhatin langsung senyum-senyum.
“Dia suka sama kamu, tuh.“
“Ya kalau nggak suka, nggak mungkin kita temenan...“
“Bukan suka begitu. Suka naksirrrr, kaleeeeee,“ Kak Andrie tampak sebal.
Naksir? Aku memang dekat dengan Bastian. Karena sama-sama aktif di kepengurusan Majalah Dinding, hubungan yang dulu sebatas teman, kini jadi teman curhat dan jalan bareng. Dan Bastian lagi naksir Noni, teman sekelasnya.
“Kenapa? Bingung?“
“Tapi, dia itu naksir Noni Kak, dan aneh banget kalau dia naksir aku...“
“Boleh dong naksir orang lebih dari satu. Kamu naksir dia nggak?” kata Kak Andrie sambil mengedip mata kanannya.
“Nggak tuh, nggak tahu kali, habis nggak pernah mikir ke sana,” jawabku sambil mengangkat bahu.
“Ntar kalau dia nembak kamu, kamu terima nggak?”
Aku terdiam.
“Hihihi, bingung ya?“
Aku mengangguk. Lalu terbanyang aku “jadian“ sama Bastian. Aku menggelengkan kepala kuat-kuat. Jangan terjadi... please... aku berdoa dalam hati. Entah kenapa aku takut “jadian“. Apa karena aku sudah nyaman sebagai temannya saja?
“Lah, kenapa nggak bilang tadi pas pulang sekolah?” tanyaku heran. “Ide lo barusan?”
“Nggak. Gue pengin beda aja, seperti perasaan yang gue rasakan sama lo.”
“Yeee. Apaan sih lo! Garing ah!” jawabku sambil tertawa. Geli banget dengar dia ngomong begitu.
“Oke, gue jemput lo, sampai ketemu besok ya.“
Lalu klik, dia menutup telepon. Aku terdiam, bingung. Biasanya dia akan membalas ledekan yang aku lontarkan dan kami akan tertawa bareng sampai sakit perut. Kenapa dia jadi serius begini ya?
Kak Andrie yang aku curhatin langsung senyum-senyum.
“Dia suka sama kamu, tuh.“
“Ya kalau nggak suka, nggak mungkin kita temenan...“
“Bukan suka begitu. Suka naksirrrr, kaleeeeee,“ Kak Andrie tampak sebal.
Naksir? Aku memang dekat dengan Bastian. Karena sama-sama aktif di kepengurusan Majalah Dinding, hubungan yang dulu sebatas teman, kini jadi teman curhat dan jalan bareng. Dan Bastian lagi naksir Noni, teman sekelasnya.
“Kenapa? Bingung?“
“Tapi, dia itu naksir Noni Kak, dan aneh banget kalau dia naksir aku...“
“Boleh dong naksir orang lebih dari satu. Kamu naksir dia nggak?” kata Kak Andrie sambil mengedip mata kanannya.
“Nggak tuh, nggak tahu kali, habis nggak pernah mikir ke sana,” jawabku sambil mengangkat bahu.
“Ntar kalau dia nembak kamu, kamu terima nggak?”
Aku terdiam.
“Hihihi, bingung ya?“
Aku mengangguk. Lalu terbanyang aku “jadian“ sama Bastian. Aku menggelengkan kepala kuat-kuat. Jangan terjadi... please... aku berdoa dalam hati. Entah kenapa aku takut “jadian“. Apa karena aku sudah nyaman sebagai temannya saja?
***
Baca juga
Alika dan Sepeda
Pagi masih buta ketika sesosok tubuh mengendap-endap sembari menuntun sepeda. Saat ia hendak membuka pintu, lampu tiba-tiba menyala.
Ketua Nyontek
Biarpun teman-teman membicarakanku lewat sindiran pahit, aku tetap bersikap biasa. Mereka tidak tahu alasan kenapa aku selalu menyontek.
Kejutan Ulang Tahun
Shooting hari ini cukup melelahkan. Nia masuk ke dalam mobil dengan wajah datar. Hari ini hanya tersisa 6 jam lagi. Tapi tak terdapat tanda-tanda ada yang istimewa di hari ulang tahunnya itu.

Alika dan Sepeda
Pagi masih buta ketika sesosok tubuh mengendap-endap sembari menuntun sepeda. Saat ia hendak membuka pintu, lampu tiba-tiba menyala.

Ketua Nyontek
Biarpun teman-teman membicarakanku lewat sindiran pahit, aku tetap bersikap biasa. Mereka tidak tahu alasan kenapa aku selalu menyontek.

Kejutan Ulang Tahun
Shooting hari ini cukup melelahkan. Nia masuk ke dalam mobil dengan wajah datar. Hari ini hanya tersisa 6 jam lagi. Tapi tak terdapat tanda-tanda ada yang istimewa di hari ulang tahunnya itu.